Minggu, 11 April 2010

Cita Rasa Sulawesi Tengah..Uve Mpoi

Banyak warga yang mengira Uve Mpoi sama dengan Kaledo. Padahal kedua jenis masakan ini berbeda. Meski rasa kedua masakan ini hampir sama. Perbedaanya terletak pada bahan dasar masakannya. Jika Kaledo berbahan dasar Tulang Kaki Sapi, untuk Uve Mpoi terbuat dari Tulang Rusuk Sapi.
Dengan cita rasanya yang khas, orang yang tidak terbiasa dengan masakan ini, pasti akan terasa asing dilidah.
Dari kejauhan saja, aroma khas Uve Mpoi ini sudah tercium, bau daging rebus yang dimasak dengan asam mentah agak pedas. Uve Mpoi yang akan lebih menggigit lidah, jika disantap dalam keadaan masih panas. Uve Mpoipun akan terasa lebih nikmat apabila
dimasak dengan cara tradisional, yakni dalam Belanga menggunakan api kayu bakar.
Orang yang selesai menikmati Uve Mpoi, pasti akan bakaringar, sehingga badan akan jadi segar. Biasanya setelh menyantap makanan khas ini lemak akan menempel di langit-langiy dan lidah, namun jangan khawatir, mudah saja. Bisa dengan cara minum teh hangat. Tidak sulit memasak Kuliner khas yang dimiliki daerah Sulawesi Tengah ini. Cukup menyediakan Tulang Rusuk Sapi, Asam Mentah, Cabe Rawit, bawang goreng, Garam dan Bumbu Penyedap.
Pertama masukan air secukupnya kedalam Belanga, kemudian masak hingga mendidih. Selanjutnya masukan Tulang Rusuk kedalam Belanga hingga dagingnya jadi lembek. Kemudian masukan Asam Mentah
yang dimasukan kedalam plastik.
Untuk membangkitkan andrenaline penikmat, cabe rawitlah bagiannya. Terakhir kali, masukan garam secukupnya dan penyedap rasa. Dan akan lebih nikmat, jika saat menikmati masakan ini ditambahkan juga bawang goreng, jeruh nipis dan kecap manis.

ROTAN

Rotan adalah sekelompok palma dari puak (tribus) Calameae yang memiliki habitus memanjat, terutama Calamus, Daemonorops, dan Oncocalamus. Puak Calameae sendiri terdiri dari sekitar enam ratus anggota, dengan daerah persebaran di bagian tropis Afrika, Asia dan Australasia. Ke dalam puak ini termasuk pula marga Salacca ( misalnya salak), Metroxylon (misalnya rumbia/sagu), serta Pigafetta yang tidak memanjat, dan secara tradisional tidak digolongkan sebagai rotan.

Batang rotan biasanya langsing dengan diameter 2-5cm, beruas-ruas panjang, tidak berongga, dan banyak yang dilindungi oleh duri-duri panjang, keras, dan tajam. Duri ini berfungsi sebagai alat pertahanan diri dari herbivora, sekaligus membantu pemanjatan, karena rotan tidak dilengkapi dengan sulur. Suatu batang rotan dapat mencapai panjang ratusan meter. Batang rotan mengeluarkan air jika ditebas dan dapat digunakan sebagai cara bertahan hidup di alam bebas. Badak jawa diketahui juga menjadikan rotan sebagai salah satu menunya.

Sebagian besar rotan berasal dari hutan di Malesia, seperti Sumatra, Jawa, Borneo, Sulawesi, dan Nusa Tenggara. Indonesia memasok 70% kebutuhan rotan dunia. Sisa pasar diisi dari Malaysia, Filipina, Sri Lanka, dan Bangladesh.

Rotan cepat tumbuh dan relatif mudah dipanen serta ditransprotasi. Ini dianggap membantu menjaga kelestarian hutan, kaerna orang lebih suka memanen rotan daripada kayu.

Rotan yang umum dipergunakan dalam industri tidaklah terlalu banyak. Beberapa yang paling umum diperdagangkan adalah Manau, Batang, Tohiti, Mandola, Tabu-Tabu, Suti, Sega, Lambang, Blubuk, Jawa, Pahit, Kubu, Lacak, Slimit, Cacing, Semambu, serta Pulut.

Setelah dibersihkan dari pelepah yang berduri, rotan asalan harus diperlakukan untuk pengawetan dan terlindung dari jamur Blue Stain. Secara garis besar terdapat dua proses pengolahan bahan baku rotan: Pemasakan dengan minyak tanah untuk rotan berukuran sedang /besar dan Pengasapan dengan belerang untuk rotan berukuran kecil.

Selanjutnya rotan dapat diolah menjadi berbagai macam bahan baku, misalnya dibuat Peel (kupasan)/Sanded Peel, dipoles /semi-poles, dibuat core, fitrit atau star core. Adapun sentra industri kerajinan dan mebel rotan terbesar di indonesia terletak di Cirebon.

Pemanfaatan rotan terutama adalah sebagai bahan baku mebel, misalnya kursi, meja tamu, serta rak buku. Rotan memiliki beberapa keunggulan daripada kayu, seperti ringan, kuat, elastis / mudah dibentuk, serta murah. Kelemahan utama rotan adalah gampang terkena kutu bubuk "Pin Hole".

Batang rotan juga dapat dibuat sebagai tongkat penyangga berjalan dan senjata. Berbagai perguruan pencak silat mengajarkan cara bertarung menggunakan batang rotan. Di beberapa tempat di Asia Tenggara, rotan dipakai sebagai alat pemukul dalam hukuman cambuk rotan bagi pelaku tindakan kriminal tertentu.

Beberapa rotan mengeluarkan getah (resin) dari tangkai bunganya. Getah ini berwarna merah dan dikenal di perdagangan sebagai dragon's blood ("darah naga"). Resin ini dipakai untuk mewarnai biola atau sebagai meni.

Masyarakat suku Dayak di Kalimantan Tengah memanfaatkan batang rotan muda sebagai komponen sayuran.

sosiologi (lembaga sosial)

Latar Belakang

Norma merupakan aturan-aturan perilaku dalam interaksi sosial warga masyarakat. Dengan norma, perilaku sosial warga masyarakat akan dikontrol apakah sesuai dengan harapan masyarakat atau tidak. Dalam masyarakat, ada begitu banyak norma sejalan dengan begitu banyak dan kompleksnya permasalahan di dalam masyarakat. Norma-norma tersebut biasanya saling berhubungan dan membentuk jaringan norma yang disebut sistem norma, contohnya, sistem norma agama dan sistem norma hukum.

Proses bertumbuhnya sebuah norma dalam masyarakat adalah proses ini berawal dari sejumlah nilai yang menjadi cita-cita masyarakat. Nilai-nilai tersebut kemudian terinternalisasi dalam perilaku warga masyarakat dan membentuk norma. Proses ini tentu tidak sekali jadi, tetapi melalui proses yang panjang dan memakan waktu yang lama.

Norma-norma dalam masyarakat kemudian membenuk sistem norma yang kemudian kita sebut lembaga sosial. Proses sejumlah norma menjadi lembaga sosial disebut pelembagaan atau institusionalisasi. Proses ini pun memakan waktu yang lama dan juga melalui internalisasi (penyerapan) dalam kebiasaan warga masyarakat.

Pengertian

Istilah lembaga sosial merupakan terjemahan dari istilah bahasa Inggris social institution yang merujuk pada dua pengertian, yakni sistem nilai dan norma-norma sosial serta bentuk atau organ sosial. Dalam bahasa Indonesia, para pakar belum sepakat untuk menerjemahkan istilah social institution ini ke dalam suatu istilah yang baku. Pada umumnya, mereka menerjemahkannya berdasarkan aspek mana yang lebih diutamakan . Koentjaraningrat misalnya lebih mengutamakan sistem nilai dan norma sehingga ia menerjemahkan social instution itu sebagai pranata sosial.

Menurut Soekanto, pengertian lembaga lebih menunjuk pada sesuatu bentuk, sekaligus juga mengandung pengertian yang abstrak tentang adanya norma-norma dan peraturan tertentu.

Beberapa definisi lembaga sosial menurut para sosiolog:

1. Menurut Paul Horton dan Chester L. Hunt, lembaga sosial adalah sistem norma-norma sosial dan hubungan-hubungan yang menyatukan nilai-nilai dan prosedur-prosedur tertentu dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar masyarakat.

2. Menurut W. Hamilton, lembaga sosial adalah tata cara kehidupan kelompok yang apabila dilanggar akan dijatuhi berbagai derajat sanksi.

Dari definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa Lembaga sosial adalah himpunan norma-norma dari segala tingkatan yang berkisar pada suatu kebutuhan pokok di dalam kehidupan masyarakat. Wujud konkrit lembaga kemasyarakatan tersebut adalah asosiasi. Contoh: Universitas adalah Lembaga Kemsayarakatan, Sedangkan Universitas Komputer Indonesia, Universitas Padjadjaran adalah asosiasi.

Ciri-ciri

Menurut Gillin dan Gillin, beberapa ciri umum lembaga kemasyarakatan antara

lain :

1) Suatu lembaga kemasyarakatan adalah organisasi pola-pola pemikiran dan pola-pola perilaku yang terwujud melalui aktivitas kemasyarakatan dan hasil-hasilnya.

Lembaga kemasyarakatan terdiri dari adat-istiadat, tata-kelakuan, kebiasaan serta unsur-unsur kebudayaan lainnya yang secara langsung maupun tidak langsung

tergabung dalam satu unit yang fungsional.

2) Suatu tingkat kekelan tertentu merupakan ciri dari semua lembaga kemasyarakatan.

Sistem-sistem kepercayaan dan aneka macam tindakan, baru akan menjadi bagian

lembaga kemasyarakatan setelah melewati waktu yang relatif lama.

3) Lembaga kemasyarakatan mempunyai satu atau beberapa tujuan tertentu.

4) Lembaga kemasyarakatan mempunyai alat-alat perlengkapan yang dipergunakan untuk mencapai tujuan lembaga yang bersangkutan, seperti bangunan, peralatan,

mesin dan lain sebagainya. Bentuk serta penggunaan alat-alat tersebut biasanya berlainan antara satu masyarakat dengan masyarakat lain.

5) Lambang-lambang biasanya merupakan ciri khas dari lembaga kemasyarakatan. Lambang-lambang tersebut secara simbolis menggambarkan tujuan dan fungsi

lembaga yang bersangkutan.

6) Suatu Lembaga kemasyarakatan mempunyai tradisi tertulis atau yang tidak tertulis, yang merumuskan tujuannya, tata tertib yang berlaku dan lain-lain.

Fungsi

Secara umum, fungsi lembaga sosial dapat dibedakab atas 2 bentuk, yaitu :

Fungsi manifes (nyata) adalah fungsi lembaga sosial yang disadari dan menjadi harapan banyak orang.

contoh: Lembaga keluarga berfungsi sebagai temapt sosialisasi dan internalisasi nilai-nilai dan norma- norma yang berlaku dalam masyarakat.

Fungsi laten adalah fungsi lembaga sosial yang tidak disadari dan bukan menjadi tujuan utama banyak orang.

contoh : Dalam lembaga politik, pemilu dijadikan sarana mendapatkan kekuasaan semata karena dengan kekuasaan seseorang dapat menumpuk kekayaan sebanyak-banyaknya.

Tipe-tipe

Tipe-tipe lembaga kemasyarakatan dapat diklasifikasikan dari pelbagai sudut. Menurut John Philiph Gillin dan John Lewis Gillin :

1) Dari sudut perkembangannya :

a. Crescive Institutions

Lembaga-lembaga yang secara tidak sengaja tumbuh dari adat-istiadat masyarakat. Contoh : hak milik, perkawinan, agama.

b. Enacted Institution

Dengan sengaja dibentuk untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya lembaga utang-piutang, lembaga perdagangan, dan lembaga-lembaga pendidikan, yang kesemuanya berakar pada kebiasaan-kebiasaan masyarakat.

2) Dari sudut sistem nilai-nilai yang diterima masyarakat:

a. Basic Institutions

Lembaga kemasyarakatan yang sangat penting untuk memelihara dan

mempertahankan tata tertib dalam masyarakat. Dalam masyarakat Indonesia, misalnya keluarga, sekolah-sekolah, negara.

b. Subsidiary Institutions

Dianggap kurang penting. Misalnya kegiatan-kegiatan untuk rekreasi.

3) Dari sudut penerimaan masyarakat:

a. Approved-Socially Sanctioned Institutions

Lembaga-lembaga yang diterima masyarakat, seperti sekolah, lembaga

perdagangan.

b. Unsanctioned Institutions

Lembaga-lembaga yang ditolak masyarakat, walau masyarakat kadang-kadang tidak berhasil memberantasnya. Misalnya kelompok penjahat, pemeras, pencoleng.

4) Dari sudut penyebarannya :

a. General Institutions

Contoh : Agama merupakan suatu General Institutions, karena dikenal oleh hampir semua masyarakat dunia.

b. Restricted Institutions

Agama Islam, Katolik, Protestan, Budha, dan Hindu, merupakan Restricted Institutions, karena dianut oleh masyarakat tertentu di dunia ini.

5) Dari sudut fungsinya :

a. Operative Institutions

Berfungsi sebagai lembaga yang menghimpun pola-pola atau tata cara yang diperlukan untuk mencapai tujuan lembaga yang bersangkutan.

b. Regulative Institution

Bertujuan untuk mengawasi adat istiadat atau tata kelakukan yang tidak menjadi bagian mutlak lembaga itu sendiri.

KALIMAT EFEKTIF


Pengertian Kalimat Efektif

Kalimat efektif adalah kalimat yang secara tepat dapat mewakili gagasan atau wawasan pembicara atau penulis yang sanggup menimbulkan gagasan yang sama tepatnya di dalam pikiran pendengar atau pembaca, seperti yang dipikirkan oleh pembicara atau penulis.

Syarat Kalimat Efektif

Bentuk kata sesuai EYD

Struktur kalimat

Kesejajaran

Kontaminasi

Pleonasme

Kata baku

Kelogisan

EYD

Bentuk kata

Salah satu penyebab kalimat tidak efektif adalah penggunaan bentuk kata berimbuhan yang tidak tepat.

Contoh:

Teman-teman melempari batu ke dalam terowongan.

Ibu menugaskan anaknya membuat karangan bunga.

Kalimat –kalimat tersebut merupakan kalimat yang tidak efektif karena menggunakan kata berimbuhan yang tidak tepat. Akhiran –i pada kata melempari pada kalimat 1) membutuhkan objek yang bergerak, edangkan akhiran –kan pada kalimat menugaskan membutuhkan objek yang diam.

Perbaikan kalimat tersebut adalah:

Teman-teman melemparkan batu ke dalam terowongan.

Ibu menugasi anaknya membuat karangan bunga.

Struktur kalimat

Penyebab lain ketidak efektifan kalimat adalah pemakaina struktur kalimat yang tidak tepat. Misalnya, penempatan subjek dan predikat yang tidak jelas.

Contoh:

Diantara keempat anaknya memiliki perbedaan sifat

Kalau lulus ujian, maka saya akan mengadakan syukuran.

Kalimat 1) tersebut tidak efektif karena tidak ada subjeknya. Subjek kalimat tersebut terganggu oleh adanya preposisi di. Sementara pada kalimat 2) induk kalimat saya akan mengadakan syukuran terganggu oleh munculnya konjungsi maka.

Perbaikan kalimat tersebut adalah:

Keempat anaka memiliki perbedaan sifat; di antara keempat anaknya terdapat perbedaan sifat.

Kalau lulus ujian, saya akan mengadakan syukuran.

Kesejajaran

Kesejajaran berarti kesamaan bentuk kata yang digunakan dalam kalimat. Bila bentuk pertama menggunakan kata kerja, bentuk selanjutnya juga harus kata kerja. Begitu pula seterusnya.

Contoh:

Tugas para pekerja itu adalah mengecat rumah, perbaikan saluran air, dan pemasangan pagar.

Kegiatan hari ini adalah mengedit karangan yang masuk dan perbaikan kata-kata yang salah.

Perbaikan kalimat tersebut adalah:

Tugas para pekerja itu adalah pengecetan rumah, perbaikan saluran air, dan pemasangan pagar

Kegiatan hari ini adalah pengeditan karangan yang masuk dan perbaikan kata-kata yang salah.

Kontaminasi

Dalam bidang bahasa, kontaminasi berarti kerancuan atau kekacauan penggunaan kata, frase maupun kalimat.

Contoh:

Di yayasan itu dipelajarkan berbagai keterampilan wanita

Kita harus mengenyampingkan urusan pribadi kita

Buku itu sudah dibaca oleh saya.

Pada kalimat 1) dan 2) terdapat kerancuan bentuk kata dipelajarkan dan mengenyampingkan, sedangkan pada kalimat 3) terjadi bentuk kalimat pasif.

Perbaikan kalimat tersebut adalah:

Di yayasan itu dipelajari berbagai keterampilan wanita

Kita harus mengesampingkan urusan pribadi kita

Buku itu sudah saya baca.

Pleonasme

Gejala pleonasme berarti menggunakan kata-kata yang berlebihan yang sebenarnya tidak diperlukan.

Contoh:

Pada zaman dahuliu kala, kerajaan majapahit sangat berpengaruh

Kesehatannya telah pulih kembali

kedua alimat tersebut menggunaka kata yang berlebihan

Dahulu kala, kerajaan Majapahit sangat berpengaruh

Kesehatannya telah pulih

Kata baku

Penggunaan kata bakumerupakan syarat mutlakdalam kalimat efektif.

Contoh:

Sebelum ke kamar mandi, Kaila meminta ijin pada gurunya

Jaringan narkoba itu telah terorganisir dengan baik

Perbaikan kalimat tersebut adalah:

Sebelum ke kamar mandi, Kaila meminta izin pada gurunya

Jaringan narkoba itu telah terorganisasi dengan baik.

Kelogisan

Kelogisan kalimat berarti ide kalimat itu dapat diterima oleh akal sehat.

Contoh:

Peserta ujian yang membawa HP harap dimatikan

Waktu dan tempat kami persilahkan

Perbaikan kalimat tersebut adalah:

Peserta ujian yang membawa HP harap mematikan HP-nya

Bapak hasan kami persilahkan

EYD

Penggunaan ejaan yang disempurnakan merupakan syarat wajib yang perlu dimengerti lebih dalam.